Cara Mengembangkan Skill Yang Bernilai: Sebuah Pelajaran Dari Penjual Korek

Di awal tahun 1940-an, di sebuah kota kecil bernama Almhult, Swedia bagian Selatan, hidup seorang anak yang dalam beberapa tahun kemudian akan memberikan dampak luar biasa pada jutaan orang. Namun pada saat itu, tak ada satu orangpun yang tahu namanya.

Anak itu sibuk dengan proyek kecil yang relatif sederhana. Dia baru saja mengetahui bahwa dia bisa membeli korek api dalam jumlah besar di Stockholm, yang berjarak beberapa jam dari kota kecil tempat tinggalnya.

cara membangun skill yang bernilai

Dia bisa mendapatkan harga yang murah, dan kemudian dia menjualnya lagi secara eceran untuk mendapatkan keuntungan yang bagus, namun masih tetap dengan harga yang wajar.

Tidak lama kemudian, dia mulai sibuk menjajakan koreknya, berkeliling dengan sepeda ke seluruh penjuru kota, menjual kepada siapa saja yang membutuhkan dagangannya.

Setelah dia merasa lancar menjual korek-koreknya, dia mulai memperluas usaha kecilnya. Dia menambahkan hiasan Natal, ikan, bibit tanaman, hingga pulpen dan pensil. Dan dalam beberapa tahun kemudian, dia mulai menjadi seorang penjual furnitur.

Nama anak yang telah tumbuh menjadi seorang pemuda itu adalah Ingvar Kamprad, yang saat berusia 17 tahun, memutuskan untuk memberikan nama bagi bisnisnya. Dia menyebutnya IKEA.

Pada tahun 2013, IKEA membukukan penjualan lebih dari 37 Milyar Dolar. Sangat menakjubkan apa yang berhasil dia lakukan dengan berbekal beberapa kotak korek api.


Menjual Korek dan Membangun Skill


Semua orang terobsesi untuk membangun “IKEA” mereka sendiri. Namun tidak ada yang fokus pada menjual beberapa korek api. Kita hidup dalam masyarakat yang menghargai skill, namun semua orang terobsesi pada “Hasil”.

pelajaran membangun skill bernilai dari pendiri IKEA

Masalah yang membuat kita sangat mudah terjebak – dan hanya fokus kepada hasil, padahal yang sebenarnya harus dilakukan adalah justru membangun dan mengembangkan skill kita.

Memang sangat mudah untuk fokus pada mimpi membangun sebuah bisnis yang sukses. Siapa pengusaha (entrepreneur) yang tidak mau memiliki perusahaan yang menghasilkan 37 Milyar Dolar setahun?

Tapi mengambil pelajaran dari apa yang Ingvar Kamprad lakukan, bukan seperti itu caranya memulai. Dia memulai dengan membangun skill dan kemampuanya. Dimulai dengan menjual satu kotak korek kayu, satu-persatu ke setiap orang. Dia fokus pada satu masalah kecil, lalu kemudian menggunakan keterampilan yang telah dia miliki untuk memecahkan masalah yang lebih besar lagi.

Fokuslah untuk Menjadi Lebih Baik, Bukan Membuat Lebih Besar


Ingvar Kamprad fokus untuk menjadi lebih baik dalam bisnisnya, sebelum kemudian dia mencoba untuk membuat bisnisnya menjadi lebih besar. Cobalah untuk memikirkan itu sejenak!

Banyak orang (termasuk diri saya sendiri) lebih menginginkan untuk mendapatkan hasil yang besar ketimbang untuk menjadi lebih baik. Seorang Fotografer baru, lebih ingin fotonya dimuat di National Geographic atau memenangkan kontes foto bergengsi – daripada menjadi seorang yang sangat ahli dalam aliran fotografi tertentu.

Seorang penulis baru,lebih ingin karyanya masuk dalam daftar best-seller – daripada menjadi seorang ahli prosa. Seorang pemain bola baru, lebih menginginkan untuk masuk dalam jajaran pemain utama – daripada menjadi pemain dengan assist terbanyak. Seorang blogger baru, lebih ingin mendapatkan visitor yang banyak – ketimbang memiliki visitor yang loyal. Dll.

Masalahnya, jika anda hanya fokus pada “Hasil”, maka anda akan menjadi mudah teralihkan dari hal-hal tertentu yang seharusnya dapat mengasah skill anda – sesuatu yang memang harus anda kuasai untuk menjadi SUKSES.

Ingat!

Proses adalah hal yang lebih penting daripada tujuan / target (Goal) anda, terutama jika di tahap-tahap awal.

Fokuslah untuk menjadi lebih baik terlebih dahulu sebelum anda berpikir untuk menjadi lebih besar.

Karena faktanya, sebagian besar dari apa yang anda lakukan / ciptakan / bangun di awal-awal – walaupun tampaknya baik – bisa jadi itu tidak akan berubah menjadi hebat.

Ada sebuah penelitian yang menganalisa lebih dari 70 komposer terkenal. Penelitian itu berhasil mengungkap bahwa tak ada satupun dari para maestro tersebut yang mampu menciptakan sebuah karya terkenal sebelum tahun ke-10 karier mereka.

Baca: Apa Yang Diajarkan Mozart dan Kobe Bryant Tentang Kesuksesan

Periode dengan sedikit sorotan yang dipenuhi kerja keras ini disebut “10 years of silence” (10 tahun kebisuan). Jika anda memperhatikan dari awal, maka anda dapat melihat bahwa ini sangat mirip dengan periode yang dihabiskan oleh Ingvar Kamprad dalam menjual korek api. Industri yang berbeda, namun dengan dedikasi yang sama untuk mengembangkan skill dan kemampuan.

Jadi coba pikirkan di bidang apa anda ingin menjadi lebih baik (ahli). Bagaimana cara anda memulai menjual “korek” anda?



Bantu saya untuk men-share artikel di atas agar lebih banyak orang yang membaca dan mengetahuinya. Terima kasih...


EmoticonEmoticon