Tampilkan postingan dengan label Psikologi Sukses. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psikologi Sukses. Tampilkan semua postingan

Apa Yang Diajarkan Oleh Mozart dan Kobe Bryant tentang Kesuksesan dan Latihan Yang Memiliki Tujuan

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam kelompok elit di bidang (pekerjaan) anda? Dan hal berbeda apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berhasil mencapai tujuan mereka dibandingkan dengan kebanyakan dari kita semua?

Inilah yang ingin diketahui oleh John Hayes, seorang profesor dalam bidang psikologi kognitif di Carnegie Mellon University.

apa yang diajarkan mozart tentang kesuksesan

Hayes telah menyelidiki kaitan antara usaha, praktek, dan pengetahuan yang ada dalam diri orang-orang ‘hebat’ selama beberapa dekade. Dia telah mempelajari para creator (pencipta/penemu) paling berbakat yang dikenal sejarah – seperti Mozart dan Piccaso – untuk mengetahui berapa lama waktu yang mereka perlukan sebelum masuk dalam jajaran top dunia di bidang mereka.

Selain itu, dia juga menyelidiki berbagai pilihan dan pengalaman apa saja yang akhirnya berhasil mengantarkan mereka pada pintu ‘kesuksesan’.

Apa yang ditemukan Hayes dari penyelidikan tersebut?

Mari kita membahas lebih dalam mengenai proyek menarik ini.

Dan yang paling penting dari itu semua, mari kita membahas bagaimana anda (dan saya) dapat menggunakan informasi ini untuk mencapai tujuan kita – yaitu menjadi yang terbaik di bidang kita.

10 Tahun Kebisuan ("10 Years of Silence")


Hayes memulai penelitiannya dengan mempelajari para komposer sukses. Dia menganalisis ribuan karya musik yang diproduksi antara tahun 1685 hingga 1900. Pertanyaan utama yang ada di benaknya adalah, "Berapa lama waktu yang mereka butuhkan – dari mulai pertama kali tertarik dengan musik hingga akhirnya menjadi komposer kelas dunia?”

Dari ribuan karya musik tersebut, Hayes akhirnya mengerucutkan daftarnya hanya menjadi 500. Kesemuanya adalah karya-karya yang paling sering dimainkan oleh berbagai kelompok Simfoni di seluruh dunia – dan dia menganggapnya sebagai ‘masterpiece’ di bidang ini. Ke 500 karya paling populer tersebut diciptakan oleh 76 komposer.

Selanjutnya, Hayes memetakan ‘timeline’ dari karir setiap komposer. Dia menghitung berapa lama mereka telah bekerja (berprofesi sebagai komposer) sebelum akhirnya berhasil menciptakan karya-karya populer mereka.

Dan apa yang ditemukannya adalah, bahwa hampir semua "karya besar" tersebut diciptakan setelah tahun ke-10 dari karir masing-masing komposer yang ditelitinya. (Hanya ada 3 pengecualian dari 500 karya yang ditelitinya, yaitu yang diciptakan pada tahun ke-8 dan ke-9 dari karier si komposer)

Tidak ada satu orangpun yang menghasilkan karya yang luar biasa tanpa menempatkan diri mereka dalam 1 dekade pertama – untuk praktek (berlatih). Bahkan seorang jenius seperti Mozart juga harus bekerja setidaknya sepuluh tahun sebelum akhirnya menghasilkan sesuatu yang menjadi begitu populer.

Berdasarkan penemuannya, Profesor Hayes kemudian mulai merujuk periode ini – periode yang penuh dengan kerja keras dan sedikit pengakuan – sebagai “10 years of silence” (10 tahun kebisuan).

Dalam studi lanjutan, Hayes juga menemukan pola yang serupa pada diri para pelukis terkenal dan penyair populer.

Temuan Hayes ini kemudian dikonfirmasi lebih lanjut oleh penelitian lainnya – seperti penelitian dari profesor K. Anders Ericsson, yang menghasilkan kesimpulan bahwa anda memerlukan "10.000 jam" latihan atau praktek untuk bisa menjadi ahli di bidang anda. (Ide yang kemudian dipopulerkan oleh Malcolm Gladwell)

Namun begitu, ketika Hayes, Ericsson, dan peneliti lainnya mulai menggali lebih dalam – mereka mendapati bahwa ‘waktu’ hanyalah salah satu bagian dari persamaan yang dimiliki oleh orang-orang hebat tersebut.
Anda tidak akan menjadi sukses hanya karena telah bekerja selama 10 tahun ataupun telah berlatih selama 10.000 jam.

Untuk bisa memaksimalkan potensi anda dan menguasai bidang pekerjaan anda, anda baiknya anda mengetahui bagaimana para ‘orang terbaik’ tersebut berlatih (melakukan praktek).

Sebagai contoh, kebiasaan berlatih Kobe Bryant (superstar NBA) saya rasa sangat cocok untuk saya gunakan disini...


Bagaimana Kobe Bryant Mencapai Puncak Kesuksesannya?


Selain Michael Jordan yang mungkin paling banyak dikenal oleh masyarakat kita, Kobe Bryant juga merupakan salah satu pemain basket paling sukses sepanjang masa.

Selama karirnya sebagai pemain basket, pemenang dari 5 kejuaraan NBA dan perebut 2 medali emas Olimpiade itu telah mengumpulkan kekayaan bersih lebih dari 200 juta dollar (di atas 2,6 trilyun rupiah).

Cerita ini saya dapatkan dari Reddit – dimana Robert, salah satu pelatih atletik untuk tim USA mengisahkan pengalamannya dengan Kobe saat persiapan Olimpiade 2012 yang lalu.

Pengalaman pertama Robert sebagai pelatih fisik Kobe Bryant ini akan menjelaskan kepada anda alasan mengapa sang superstar tersebut bisa menjadi begitu sukses.

Dari Robert, pelatih Tim USA:

Saya diundang ke Las Vegas untuk membantu menjaga kondisi kebugaran Tim USA sebelum mereka berangkat ke London. Saya telah berkesempatan untuk bekerja dengan Carmelo Anthony dan Dwyane Wade di masa lalu, namun ini akan menjadi interaksi pertama saya dengan Kobe.

Malam sebelum latihan pertama, saya baru saja selesai menonton "Casablanca" untuk pertama kalinya, dan saat itu sekitar pukul 3:30 dini hari.

Beberapa menit kemudian, saya sudah berada di tempat tidur, bersiap untuk terlelap, ketika ponsel saya berbunyi. Itu dari Kobe. Dengan gugup saya mengangkatnya.

"Hei, uhh, Rob, aku harap aku tidak mengganggu kan?"

"Uhh, tidak. Ada apa Kob?"

"Aku hanya mau bertanya, mungkin kamu bisa membantuku memberikan latihan untuk menjaga kondisi kebugaran tubuhku, itu saja."

Saya melihat jam. Pukul 4:15.

"Ya tentu saja, aku akan menemuimu di fasilitas sebentar lagi."

Butuh waktu sekitar dua puluh menit bagi saya untuk mempersiapkan perlengkapan dan keluar dari hotel. Ketika saya tiba dan membuka pintu lantai ruangan latihan utama, saya melihat Kobe. Sendirian. Dia bermandikan keringat seakan-akan dia baru saja selesai berenang. Saat itu bahkan belum jam 5:00.

Kami melakukan beberapa latihan kebugaran selama satu jam lima belas menit. Kemudian, kami memasuki ruangan fitnes, dimana dia akan melakukan latihan kekuatan selama 45 menit berikutnya. Setelah itu, kami berpisah. Dia kembali ke ruangan latihan, untuk berlatih ‘menembak’. Saya kembali ke hotel dan terkapar. Wow.

Saya diminta untuk berada di fasilitas latihan sekitar jam 11:00.

Saya terbangun dengan perasaan mengantuk, letih, dan berbagai efek samping lainnya akibat dari kurang tidur (Thanks, Kobe). Saya hanya makan bagel dan bergegas menuju ke fasilitas latihan.

Bagian cerita selanjutnya ini sangat jelas menempel di ingatan saya. Semua pemain Tim USA berada di sana. LeBron sedang berbicara dengan Carmelo dan Pelatih Krzyzewski sedang mencoba untuk menjelaskan sesuatu kepada Kevin Durant. Di sisi kanan dari fasilitas latihan, Kobe seorang diri sedang berlatih ‘menembak’ sambil melompat.

Saya menghampirinya, menepuk punggungnya dan berkata, "Latihan yang baik pagi ini."

"Hah?"

"Pemanasan dan latihan kebugaran. Kerja yang bagus."

"Oh. Ya, terima kasih Rob. Aku sangat menghargai itu."

"Jadi kapan kamu selesai?"

"Selesai apa?"

"Memasukkan bola ke keranjang. Jam berapa kamu meninggalkan fasilitas ini?"

"Oh, sekarang. Aku ingin menembakkan 800 bola. Jadi ya, sekarang."


Bagi anda yang menyimak sejak awal, Kobe Bryant memulai latihan pemanasannya sekitar jam 4:30 pagi, lalu lanjut lari dan latihan sprint sampai jam 6:00, latihan beban mulai jam 06:00 - 07:00 pagi, dan terakhir mulai melatih tembakan (melemparkan 800 bola ke keranjang) dengan melompat dari jam 07:00 - 11:00.

Dan setelah itu, anda sudah bisa menebaknya. Berlatih bersama seluruh anggota tim.

Jadi terlihat sangat jelas jika Kobe sudah melewati 10.000 jam-nya. Namun ada bagian lain dari cerita ini yang bahkan jauh lebih penting lagi.

kesuksesan dan latihan dengan tujuan ala Kobe Bryant

Pentingnya Praktek atau Latihan Dengan ‘Tujuan’


Kobe tidak hanya sekedar muncul dan melakukan banyak latihan. Dia memiliki tujuan yang sangat jelas ketika berlatih: yaitu melakukan 800 kali jump shot.

Dia secara sengaja memfokuskan diri untuk mengembangkan kemampuannya dalam memasukkan bola ke keranjang. Dia bahkan hampir tidak memikirkan berapa lama waktu yang dia habiskan dalam melakukannya.

Hal ini sepertinya sederhana, namun ini sangatlah berbeda dengan kebanyakan dari kita – saat melakukan pendekatan pada pekerjaan setiap harinya.

Ketika berbicara tentang ‘kerja keras’, kebanyakan orang akan menyebutkan jumlah waktu yang mereka habiskan sebagai indikator seberapa keras mereka telah bekerja. (Contohnya, “Saya bekerja 60 jam dalam seminggu!”)

Menghabiskan banyak waktu mungkin akan membuat anda merasa lelah, namun hanya dengan melakukan pekerjaan lebih banyak (walaupun itu 10.000 jam) – juga tidak cukup untuk membuat anda berada di jajaran top.

Itu tidak sama dengan melakukan praktek atau latihan yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu.

Untuk mempermudah anda memahaminya, coba perhatikan analogi berikut ini! (Saya tetap menggunakan olahraga basket agar tetap nyambung dengan cerita di atas).

Dua orang pemain basket sama-sama berlatih lemparan bebas selama satu jam. Pemain A melakukan 200 kali lemparan, pemain B melakukan 50 kali lemparan.

Pemain B melakukan latihannya sendiri. Setiap kali habis melempar, dia mengambil kembali bolanya sendiri, melakukan dribble ringan, dan beberapa kali istirahat sejenak untuk mengobrol dengan teman-temannya.

Pemain A melakukan latihan dengan rekannya. Setiap kali habis melempar, rekannya akan mengoperkan bola kembali kepadanya. Sang rekan juga selalu memperhatikan lemparan yang dilakukan pemain A, membuat catatan-catatan untuk memperbaiki lemparannya. Setiap 10 menit sekali mereka istirahat sejenak, dan pemain A memperhatikan setiap catatan yang dibuat oleh rekannya.

Jika hanya memperhatikan waktu, maka mereka sama-sama menghabiskan 1 jam untuk berlatih lemparan bebas. Keduanya ‘seakan-akan’ telah melakukan kerja keras yang sama.

Namun jika melihat pola / rutinitas cara mereka berlatih, apabila seandainya kemampuan mereka seimbang saat awal, maka siapa di antara mereka yang akan memiliki kemampuan lemparan bebas lebih baik setelah 100 jam latihan?


Saya rasa anda sudah bisa menebaknya sendiri.

Kedua pemain basket dalam contoh di atas sama-sama bisa ‘membual’ bahwa mereka telah berlatih selama 1 jam, namun hanya satu di antara mereka yang benar-benar berlatih dengan tujuan.

Para peneliti telah mencatat bahwa semua orang hebat di setiap industri memiliki komitmen untuk melakukan praktek (latihan) dengan tujuan. Seniman, musisi, atlet, CEO, dan pengusaha terbaik tidak hanya sekedar bekerja atau berlatih lebih keras, mereka bekerja lebih keras untuk mengembangkan kemampuan tertentu.

Menerapkan Hal Ini Dalam Hidup Anda

Bagi banyak orang di dunia barat, Mozart dikatakan sebagai "jeniusnya para orang jenius". Namun bahkan diapun diabaikan selama 10 tahun sebelum memproduksi sebuah karya populer.

Saya tidak tahu bagaimana dengan anda, namun bagi saya ini sangat menginspirasi.

Setiap kali saya merasakan kegagalan, ataupun hasil yang saya dapatkan jauh dari yang saya harapkan – maka saya selalu mengingat penelitian dari profesor Hayes tersebut.

Anda juga dapat melakukan pendekatan yang sama dalam bidang pekerjaan anda. Tetap konsisten melakukan pekerjaan anda (10 years of silence) dan fokus melakukan praktek yang disengaja (untuk tujuan tertentu) demi mengembangkan kemampuan khusus – yang dapat membantu anda.

Dan yang lebih menguntungkannya lagi, hanya dengan fokus selama 1 jam dan melakukan praktek (latihan) dengan tujuan tertentu setiap hari – ini dapat mengantarkan anda pada hasil yang luar biasa dalam jangka panjang.

Sekarang, pilihan ada di tangan anda sendiri.

Apa anda akan memulai perjalanan “10 years of silence” hari ini? Apa anda akan mulai fokus pada pengembangan kemampuan anda? Atau anda hanya akan “berjalan” seperti biasanya, dan berharap nasib memberikan yang terbaik?

Selanjutnya baca:



Bantu saya untuk men-share artikel di atas agar lebih banyak orang yang membaca dan mengetahuinya. Terima kasih...

Cara Mengembangkan Skill Yang Bernilai: Sebuah Pelajaran Dari Penjual Korek

Di awal tahun 1940-an, di sebuah kota kecil bernama Almhult, Swedia bagian Selatan, hidup seorang anak yang dalam beberapa tahun kemudian akan memberikan dampak luar biasa pada jutaan orang. Namun pada saat itu, tak ada satu orangpun yang tahu namanya.

Anak itu sibuk dengan proyek kecil yang relatif sederhana. Dia baru saja mengetahui bahwa dia bisa membeli korek api dalam jumlah besar di Stockholm, yang berjarak beberapa jam dari kota kecil tempat tinggalnya.

cara membangun skill yang bernilai

Dia bisa mendapatkan harga yang murah, dan kemudian dia menjualnya lagi secara eceran untuk mendapatkan keuntungan yang bagus, namun masih tetap dengan harga yang wajar.

Tidak lama kemudian, dia mulai sibuk menjajakan koreknya, berkeliling dengan sepeda ke seluruh penjuru kota, menjual kepada siapa saja yang membutuhkan dagangannya.

Setelah dia merasa lancar menjual korek-koreknya, dia mulai memperluas usaha kecilnya. Dia menambahkan hiasan Natal, ikan, bibit tanaman, hingga pulpen dan pensil. Dan dalam beberapa tahun kemudian, dia mulai menjadi seorang penjual furnitur.

Nama anak yang telah tumbuh menjadi seorang pemuda itu adalah Ingvar Kamprad, yang saat berusia 17 tahun, memutuskan untuk memberikan nama bagi bisnisnya. Dia menyebutnya IKEA.

Pada tahun 2013, IKEA membukukan penjualan lebih dari 37 Milyar Dolar. Sangat menakjubkan apa yang berhasil dia lakukan dengan berbekal beberapa kotak korek api.


Menjual Korek dan Membangun Skill


Semua orang terobsesi untuk membangun “IKEA” mereka sendiri. Namun tidak ada yang fokus pada menjual beberapa korek api. Kita hidup dalam masyarakat yang menghargai skill, namun semua orang terobsesi pada “Hasil”.

pelajaran membangun skill bernilai dari pendiri IKEA

Masalah yang membuat kita sangat mudah terjebak – dan hanya fokus kepada hasil, padahal yang sebenarnya harus dilakukan adalah justru membangun dan mengembangkan skill kita.

Memang sangat mudah untuk fokus pada mimpi membangun sebuah bisnis yang sukses. Siapa pengusaha (entrepreneur) yang tidak mau memiliki perusahaan yang menghasilkan 37 Milyar Dolar setahun?

Tapi mengambil pelajaran dari apa yang Ingvar Kamprad lakukan, bukan seperti itu caranya memulai. Dia memulai dengan membangun skill dan kemampuanya. Dimulai dengan menjual satu kotak korek kayu, satu-persatu ke setiap orang. Dia fokus pada satu masalah kecil, lalu kemudian menggunakan keterampilan yang telah dia miliki untuk memecahkan masalah yang lebih besar lagi.

Fokuslah untuk Menjadi Lebih Baik, Bukan Membuat Lebih Besar


Ingvar Kamprad fokus untuk menjadi lebih baik dalam bisnisnya, sebelum kemudian dia mencoba untuk membuat bisnisnya menjadi lebih besar. Cobalah untuk memikirkan itu sejenak!

Banyak orang (termasuk diri saya sendiri) lebih menginginkan untuk mendapatkan hasil yang besar ketimbang untuk menjadi lebih baik. Seorang Fotografer baru, lebih ingin fotonya dimuat di National Geographic atau memenangkan kontes foto bergengsi – daripada menjadi seorang yang sangat ahli dalam aliran fotografi tertentu.

Seorang penulis baru,lebih ingin karyanya masuk dalam daftar best-seller – daripada menjadi seorang ahli prosa. Seorang pemain bola baru, lebih menginginkan untuk masuk dalam jajaran pemain utama – daripada menjadi pemain dengan assist terbanyak. Seorang blogger baru, lebih ingin mendapatkan visitor yang banyak – ketimbang memiliki visitor yang loyal. Dll.

Masalahnya, jika anda hanya fokus pada “Hasil”, maka anda akan menjadi mudah teralihkan dari hal-hal tertentu yang seharusnya dapat mengasah skill anda – sesuatu yang memang harus anda kuasai untuk menjadi SUKSES.

Ingat!

Proses adalah hal yang lebih penting daripada tujuan / target (Goal) anda, terutama jika di tahap-tahap awal.

Fokuslah untuk menjadi lebih baik terlebih dahulu sebelum anda berpikir untuk menjadi lebih besar.

Karena faktanya, sebagian besar dari apa yang anda lakukan / ciptakan / bangun di awal-awal – walaupun tampaknya baik – bisa jadi itu tidak akan berubah menjadi hebat.

Ada sebuah penelitian yang menganalisa lebih dari 70 komposer terkenal. Penelitian itu berhasil mengungkap bahwa tak ada satupun dari para maestro tersebut yang mampu menciptakan sebuah karya terkenal sebelum tahun ke-10 karier mereka.

Baca: Apa Yang Diajarkan Mozart dan Kobe Bryant Tentang Kesuksesan

Periode dengan sedikit sorotan yang dipenuhi kerja keras ini disebut “10 years of silence” (10 tahun kebisuan). Jika anda memperhatikan dari awal, maka anda dapat melihat bahwa ini sangat mirip dengan periode yang dihabiskan oleh Ingvar Kamprad dalam menjual korek api. Industri yang berbeda, namun dengan dedikasi yang sama untuk mengembangkan skill dan kemampuan.

Jadi coba pikirkan di bidang apa anda ingin menjadi lebih baik (ahli). Bagaimana cara anda memulai menjual “korek” anda?



Bantu saya untuk men-share artikel di atas agar lebih banyak orang yang membaca dan mengetahuinya. Terima kasih...

DNA Orang Sukses: 4 Sikap Yang Kita Semua Butuhkan

Apa yang kita butuhkan untuk menjadi orang yang sukses?

Apakah ijazah dari Perguruan Tinggi ternama... uang yang cukup sebagai modal memulai usaha... sebuah terobosan / ide yang cemerlang... atau beberapa orang koneksi yang kuat?

Mungkin.

Kita tidak dapat membantah jika beberapa hal yang saya sebutkan di atas memang dapat sangat membantu. Namun tetap, hal-hal tersebut tidak menyentuh hal terdasar dari sebuah kesuksesan.

sifat dan sikap yang dibutuhkan agar menjadi sukses

Berdasarkan sebuah artikel yang ditulis oleh Hank Weisinger, Ph.D – seorang psikolog, konselor terlatih, dan penulis buku Best Seller – tiket sebuah kesuksesan hanya ditekankan pada 4 hal, yaitu: Keyakinan, Optimisme, Keuletan, dan Antusiasme.

Sikap-sikap tersebut bahkan terdapat dalam ratusan studi empiris – dan dikatakan sebagai DNA sebuah kesuksesan. Tanpa 4 sikap tersebut, maka anda akan sulit mencapai sukses, apalagi menjalani kehidupan yang terus berkembang.

Mengapa dikatakan demikian?

Mari kita membahasnya secara lebih mendalam...

4 Sikap atau Sifat Yang Membantu Kesuksesan


Keyakinan atau Rasa Percaya Diri adalah sikap sejauh mana anda percaya dan merasa bahwa apa yang anda lakukan pasti akan mencapai hasil sesuai keinginan. Mengapa anda harus repot-repot melakukan sesuatu jika anda sendiri tidak percaya jika itu akan berhasil?

Keyakinan meningkatkan perasaan akan kontrol, bahwa anda sendirilah yang bertanggung jawab untuk nasib anda.

Optimisme akan membuat anda dapat memulai hari dengan harapan positif – bahwa hal-hal yang baik pasti akan terjadi. Harapan positif akan memotivasi anda untuk berusaha lebih keras, hasilnya – anda akan lebih banyak mencapai kesuksesan. Hal yang tentu akan semakin meningkatkan rasa percaya diri anda.

Berbagai studi mengatakan bahwa orang-orang yang optimis memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, termasuk di dalamnya adalah dapat menjalani hubungan secara lebih positif.

Keuletan adalah sikap yang membuat anda tetap fokus. Hal ini sangatlah penting, terutama jika anda menginginkan pencapaian untuk jangka panjang. Sikap ulet inilah yang akan membuat anda dapat bertahan menghadapi setiap kesulitan.

Antusiasme adalah sikap yang akan membuat anda merasa penuh energi, meningkatkan perasaan positif, dan memungkinkan anda menjalani kehidupan dengan semangat. Hal yang akan menjadikan peforma anda lebih baik ketika berada di bawah tekanan.

Secara bersama-sama, keempat sikap ini akan membantu anda dapat melakukan yang terbaik setiap hari – di semua aspek kehidupan anda.

Lalu bagaimana cara menanamkan sikap/sifat tersebut di diri anda?

Berikut ini beberapa metode yang telah terbukti membantu banyak orang menjadi sukses:


Berjalanlah Layaknya Seorang Juara

Selama ratusan tahun, para pelatih militer selalu menekankan kepada setiap prajuritnya untuk “berdiri secara tegap”. Atau, anda mungkin memiliki kenangan indah masa kecil – kenangan saat ibu anda meminta agar anda menegakkan cara berdiri anda.

Fakta, penelitian terbaru dari para ahli syaraf membuktikan bahwa ketika anda berdiri tegak dan sedikit membusungkan dada – otak anda akan melepaskan lebih banyak testosteron, hormon yang membuat anda merasa lebih percaya diri. Hormon ini juga seringkali membantu meningkatkan kemampuan kita saat berada di bawah tekanan.

Hasil studi menunjukkan, bahwa hanya dibutuhkan beberapa menit saja untuk melakukan “sikap postur percaya diri” ini – itu sudah cukup untuk menstimulasi keyakinan anda, sehingga anda dapat tampil lebih baik.

Membayangkan Hal Yang Positif

Dalam sejarah panjang orang-orang yang memiliki rasa percaya diri tinggi, diketahui jika mereka sering memvisualisasikan diri mereka mengalami berbagai jenis kesuksesan. Dan ini bahkan untuk hal-hal yang sifatnya fantasi, seperti: memenangi kompetisi bernyanyi atau kecantikan, menjadi pencetak gol terbanyak, menjadi bintang film sukses, dll.

Membayangkan hal yang positif dapat membantu anda memasukkan lebih dalam lagi rasa percaya diri ke tubuh, jiwa, dan pikiran anda. Sangat bijaksana jika anda sering-sering membayangkan diri anda sebagai orang yang mengalami kesuksesan.

Kata-Kata atau Kalimat Positif

Kata-kata yang anda gunakan akan mencerminkan pandangan hidup anda. Mulailah menggunakan sekumpulan kata atau kalimat yang positif dalam keseharian anda.

Misalnya, Ini akan menjadi hari yang indah...karena ini memang hari yang indah.

Bagi sebagian orang mungkin akan terasa konyol untuk melakukan hal tadi, namun tidak bagi orang-orang yang sudah sering merasakan yang namanya kesuksesan. Mereka sangat paham jika kata-kata positif membantu mereka menjadi lebih optimis.

Percaya Dengan “Inilah Kehidupan”

Anda mungkin sudah sering membaca kisah sukses mengenai orang-orang hebat di dunia dunia ini.

Apa mereka selalu berhasil dalam setiap hal yang mereka lakukan? Tentu tidak.

Apa mereka tidak pernah mengalami kegagalan? Tentu pernah, mungkin sering... atau bahkan jauh lebih sering dari anda.

Lalu mengapa mereka tetap menjadi orang yang sukses?

Karena mereka dapat menerima kenyataan setiap kali mereka mengalami kegagalan, bahwa “inilah kehidupan”. Dan itu membuat mereka menjadi lebih optimis.

Dan karena mereka percaya jika kerja keras pasti akan terbayarkan, maka mereka kemudian berusaha lebih keras lagi. Hasil positif dari usaha mereka itulah yang menjadi bahan bakar tambahan – membuat mereka semakin optimis melihat masa depan.

Perbanyak Pilihan “Jalan/Jalur”

Pertimbangkan beberapa “jalan/jalur” yang dapat membawa anda ke tempat tujuan anda. Buat sebanyak-banyaknya yang anda bisa. Jika satu jalan diblokir, ambil jalan yang lain.

Luangkan waktu anda untuk melakukan brainstorming, buat beberapa “jalur” berbeda yang sama-sama dapat membawa anda mencapai tujuan. Semakin banyak “jalur” yang dapat anda buat, maka semakin tinggi pula pengharapan anda.

Hasilnya?

Anda akan menjadi orang yang ulet, karena anda percaya bahwa anda pasti akan mencapai kesuksesan.

Tertawa Lepas

Anda dapat memberikan ledakan antusiasme ke diri anda sendiri secara mudah – yaitu dengan tertawa lepas. Tertawa merangsang pelepasan endorfin dan menciptakan gairah positif pada fisik kita.

Rasa antusiasme akan berubah menjadi energi psikis, sehingga anda akan lebih mudah melakukan pekerjaan-pekerjaan anda dengan sikap positif. Hal ini terutama saat anda berada di bawah tekanan. Maka,tertawalah!

Pasang Wajah Bahagia Anda

Akan sangat susah untuk merasa down dan terpuruk jika ada senyum yang menghiasi wajah anda. Karena itu, biasakan untuk selalu menjaga senyum pada wajah anda – maka anda akan merasa lebih dan lebih antusias di keseluruhan hari anda.

Dan ada satu hal positif tambahan yang akan anda rasakan – anda akan mendapatkan balasan senyuman dari orang lain, bahkan dari orang yang tidak anda kenal yang lewat di jalan.

Sebagai Kesimpulan:
Berbagai metode terbukti yang telah saya sampaikan di atas akan membantu anda “menanamkan” rasa keyakinan, optimisme, keuletan, dan antusiasme dalam diri anda. Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya akan membantu anda menjadi lebih sukses, namun juga akan membuat anda dapat menikmati keseluruhan hidup anda secara penuh.



Bantu saya untuk men-share artikel di atas agar lebih banyak orang yang membaca dan mengetahuinya. Terima kasih...